Pages

topbella

Kamis, 09 Februari 2012

PENDIDIKAN KARAKTER: Penting tapi Belum Cukup


Pendidikan karakter sudah menjadi wacana yang paling familiar saat ini, terlebih lagi di abad 20 yang makin canggih dengan sistem teknologinya. Tetapi dengan adanya kecanggihan teknologi tersebut jika tidak diseimbangi dengan karakter yang terpatri pada sumber daya manusianya, seakan-akan hal itu percuma saja
Dalam buku Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (2010), Doni Koesoema Albertus menulis, bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Dalam pendidikan karakter, yang terutama dinilai adalah perilaku, bukan pemahamannya. Yang dimaksud pemahaman disini adalah hanya mengenal teorinya secara gamblang tanpa mengaplikasikannya secara nyata. Tetapi, Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Dan nilai-nilai kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas soal ujian.

           Pada dasarnya tujuan dari pendidikan sebagaimana tersurat dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 3) adalah “Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”. Oleh karena itu dengan realita saat ini, tujuan diatas menjadi dasar dinas pendidikan untuk mencanangkan pendidikan karakter. 


Pentingnya Pendidikan Karakter..
Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001)  Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.  Oleh karena itu dengan adanya pendidikan karakter sebagai sarana pembentukan pribadi anak , diharapkan dapat mencetak generasi muda yang berbudi lugur dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Lalu bagaimana dengan pendidik itu sendiri?
Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan Karena guru adalah ujung tombak dalam pendidikan, yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya. Sudahkah realitanya menggambarkannya seperti itu?

Sudah Cukupkah Dengan Adanya Pendidikan Karakter?
Kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini, sudah tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya. Diraihnya kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai bangsa-bangsa di berbagai belahan bumi ini, telah merupakan akses produk suatu pendidikan, sekalipun diketahui bahwa kemajuan yang dicapai dunia pendidikan selalu di bawah kemajuan yang dicapai dunia industri yang memakai produk lembaga pendidikan. Oleh karena itu program pendidikan karakter mulai diterapkan pemerintah untuk melatih karakter generasi muda saat ini. sudah cukupkah dengan adanya semua itu? BELUM...
          Pendidikan karakter itu sendiri memerlukan pembiasaan., bukan hanya sekedar teori belaka.  Pembiasaan untuk  berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Tetapi, program pendidikan karakter, sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Hal ini bukan hanya sebagai "pekerjaan rumah" bagi guru atau pendidik di Indonesia saja, tetapi peran keluarga dan masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan progam ini. Oleh karena itu perlu perlu kerjasama antara guru sebagai pendidik di sekolah ,keluarga sebagai pendidik di rumah, dan anggota masyarakat sebagai pendidik di lingkungan.Karena peran keluarga sangat vital dalam membentuk karaker seorang anak. Hal ini mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini, karena pada hakikatnya peradaban suatu bangsa dibangun oleh pengembangan watak dan karakter manusia baik dari segi intelektual, spritual dan emosional.

By Erika Hime.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anda ^^

About Me