Pages

topbella

Senin, 06 Februari 2012

Antara Ghasab, Korupsi dan Malu





Gashab sudah sangat tak asing lagi dalam kehidupan kita, yaitu gashab adalah salah satu istilah  memanfaatkan atau menggunakan hak orang lain tanpa seijin pemiliknya. Dan ghasab tidak sama dengan mencuri, karena mencuri dilakukan secara sembunyi sedangkan ghasab dilakukan secara terang-terangan dan sewenang-wenang. Didalam kehidupan sehari-hari praktik ghosob pun sering kita temukan dan pelakunya secara percaya diri melakukannya tanpa merasa bersalah dan terbebani, Padahal kita tak pernah menyangka ternyata perbuatan sekecil itu dilarang oleh agama, sebagaimana hadis Rasulullah menjelaskan:

“Harta seorang muslim haram dipergunakan oleh muslim lainnya, tanpa kerelaan hati pemiliknya” (HR.Daruquthni dari Anas bin Malik.)
            Lalu apa hubungannya ghasab dengan korupsi? Coba kita perhatikan baik-baik, bahwa ghasab adalah akar dari korupsi. Karena ghosob secara tidak langsung mendidik untuk menjadi seorang penjilat, atau seorang koruptor. Bukankah seorang koruptor mengambil hak orang lain yang bukan miliknya? Tetapi kebanyakan diantara kita menganggap ghasab adalah suatu hal yang lumrah dan biasa terjadi, tanpa melihat dampaknya bagi kita semua. Dan itu sudah menjadi budaya dalam masyarakat kita.

Pada tulisan ini, penulis sedikit memaparkan sedikit kebudayaan Jepang, yaitu Haji no bunka (budaya malu), yang mana  kebudayaan ini menjadi suatu pertimbangan penting dalam menata pola kelakuan masyarakat Jepang. Walaupun di Jepang tidak mengenal istilah ghasab, tetapi mereka menjaga diri mereka agar tidak mengambil hak orang lain secara sengaja maupun tidak, hal ini di perkuat dengan data-data penelitian yang menjelaskan Jepang adalah salah satu Negara yang tingkat kriminalitasnya sedikit, apalagi dalam kasus korupsi.

Masyarakat Jepang selalu memelihara rasa malu tersebut dalam diri mereka, dan rasa malu itu tidak hanya orang dewasa saja yang memilikinya tetapi mereka sudah menanamkannya pada anak-anak hingga remaja. Mereka malu akan penilaian masyarakat pada umumnya jika mereka melakukan hal-hal yang tidak baik, dan kita sering mengenalnya dengan kata-kata “Jaim” (jaga image). Lalu bagaimana dengan kita yang negaranya bermayoritas muslim tetapi pelaku ghasab itu sendiri adalah bagian dari kita, tidakkah kita malu pada masyarakat Jepang yang bukan mayoritas muslim?.  

Kita juga jangan meremehkan bahwa perilaku gashab adalah masalah yang sepele, karena dari masalah sepele inilah akan timbul dampak yang membukit. Berawal dari meminjam barang tanpa izin yang memiliki, yang kemudian menjadi kebiasaan dengan hal itu., bertambahlah kejahatannya dengan mencuri hal-hal kecil, lama kelamaan hal besar  hingga akhirnya menjadi ahli tipu, koruptor kelas kakap, pemakan uang umat. Bagaimana kita memperbaikinya agar tidak muncul pelaku-pelaku korupsi yang lainnya? Yaitu kita mulai dari diri kita sendiri dan jangan menunggu orang lain untuk memperbaikinya. Jika masyarakat Jepang malu terhadap sesamanya apabila melakukan perbuatan yang tidak baik, maka kita seharusnya kita juga malu kepada sesama dan kepada pencipta kita yaitu Allah SWT.


  By: Erika Hime

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anda ^^

About Me