Perayaan ulang tahun, perayaan
yang bagaimana yang menjadi versimu?
Ketika membuka sosial
media sungguh tak asing lagi ketika melihat foto-foto seorang anak yang harus
diikat di tiang oleh teman-temannya dan dilempari telur. Sungguh miris melihat
tingkah anak-anak sekarang, ini hanyalah salah satu dari banyaknya perayaan
yang telah ada di negara kita yaitu dilempari telur. Ketika masih duduk di
bangku sekolah dasar pun saya pernah diperlakukan seperti ini ketika
menggendong adik yang masih kecil, lalu teman saya disiram dengan air comberan
atau parit. Sungguh disayangkan jika anak-anak harus mengikuti perilaku jahiliyah
yang sudah menjadi budaya. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Jika dulu perilaku
seperti itu tidak pernah terekspos media sekarang dengan mudahnya kita
mengetahui dengan sekali klik. Zaman yang serba canggih ini menjadi perantara
anak-anak yang kurang bijak menggunakan internet atau sosial media lainnya. Untuk
apa hal seperti itu di videokan lalu di upload di facebook dan dilihat orang
banyak? Sebuah kepuasan?
Di jepang sebuah
perayaan ulang tahun, orang yang berulang tahun sangat di spesialkan. Dari
pihak rumah makan dsb saja meberikan diskon bahkan gratis untuk yang berulang
tahun, serta teman-temannya yang akan memberikan hadiah, bahkan makan pun bayar
sendiri-sendiri bukan minta traktir atau dibayarin seperti kita disini, tak ada
bosan-bosannya memang jika kita melihat Jepang dengan segala adab dan budayanya
yang bisa kita bilang bisa membuat motivasi pada diri kita. Bukannya kita tidak
mencintai budaya kita sendiri ataupun tidak nasionalis oh sungguh bukan kita
hanya perlu mengambil yang baiknya saja. Pernah dengar kan “ Undur ma qoola wa
la tandur man qoola” Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang
mengatakan. Sungguh jelas kita contoh yang baik-baiknya tidak hanya Jepang saja
negara lain juga boleh atau negara kita sendiri malah lebih bagus.
Perilaku anak-anak
tersebut sehingga tega mengikat temannya seperti itu juga termasuk krisis
akhlak, moral dsb. Kenapa bisa dikatakan begitu? Sudah mengikat temannya dan
melempari dengan telur di videokan pula lalu di sebarkan di dunia maya, bukan
kah itu termasuk menyebarkan aib orang lain? Apalagi didukung dengan smartphone.
Tentu banyak yang akan berkomentar negatif, dan itu jelas sekali. Kita sebagai
pembaca, sebagai orang tua atau orang dewasa yang mempunyai adik atau anak yang
seusia mereka mari kita jaga generasi kita ini agar tidak melakukan hal yang
sama, disini diperlukan peran orang tua dan guru yang mampu membuat mereka
tidak melakukan hal secamacam itu agar tidak diulangi oleh generasi berikutnya,
dan perlu pengawasan terhadap mereka yang sudah menginjak remaja, karena dunia
remaja adalah dunia ingin tahu, keinginan tahuan mereka sangat besar. Pengawasan
terhadap smartphone yang mereka miliki, jika mereka belum bijak dalam menggunakan
sebaiknya tidak perlu diberi smartphone. Tidak ada yang salah dalam hal ini,
kita sebagai orang dewasa hanya teledor dan kurang membina generasi penerus
bangsa ini. Mereka perlu pembinaan bukan cacian maki, mereka perlu kasih sayang
yang belum mereka terima bukan amarah atas kelakuan mereka. kita beri arahan
agar perilaku tersebut tidak terulang. Kita juga yang melihat stop untuk
menshare video atau foto-foto mereka, sama saja membuka aib mereka juga membuka
aib kita sendiri. Mari kita jaga anak-anak kita agar berakhlakul karimah. Sepakat?
Salam,
Erikahim3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anda ^^