Pages

topbella

Kamis, 22 April 2010

Air Mata Dinda

“ Kak, apa kita dobrak saja pintunya..? Tanyaku pada seorang laki-laki yang berpenampilan bersahaja yang tak lain adalah sepupuku.
“ Iya kita dobrak saja pintunya, kita tidak ada jalan lain... Bismillahirrahmanirrahim” dengan mengambil aba-aba laki-laki ini pun langsung mendobrak pintu tersebut.
Brakk...!!
Lalu pintu yang terbuat dari kayu ulin itu pun terbuka, dan didalam ruangan yang tak ada cahaya yang menyapa dan keadaanya seperti kapal pecah itu terbaring perempuan yang sedang sekarat dengan siletan di tangan kirinya, dan darahpun bercucuran.
“ Tidakkkk........” aku pun histeris melihat Dinda sahabat yang selama ini selslu bersamaku dalam keadaan tangan yang banyak mengeluarkan darah.

“ Astagfirullah...” Ucap Kak ali,sepupuku
Tanpa pikir panjang Kak Ali pun langsung menggendong Dinda dan langsung membawanya kerumah sakit. Dan yang membuatku bingung adalah kenapa kak Ali menggendong Dinda, padahal selama ini aku mengenalnya dia adalah lelaki yang tak pernah menyentuh wanita termasuk aku sepupunya. Yah aku rasa itu sesuai dengan penampilannya yang alim dan sholeh. Kalaupun jika ia tak menggendong Dinda dan membawanya cepat-cepat kerumah sakit mungkin nyawa Dinda telat kami selamtkan. Toh itu demi kebaikan Dinda.
*****
Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya dokter pun keluar dari ruangan UGD dan nyawa Dinda dapat terselamatkan. Terimakasih ya Allah engkau telah menyelamatkan sahabatku satu-satunya. Tapi baru kali ini aku melihat kak Ali begitu khawatir terhadap Dinda, sebelum menunggu kabar dari dokter kak Ali ada sepuluh kali bolak-balik koridor rumah sakit. Tapi aku masih geram dengan penyebab kenapa Dinda bisa melakukan percobaan bunuh diri.
Hari itu aku ingat sekali, hari yang cerah dimana mentari tersenyum begitu indahnya hingga aku sedikit silau dengan cahanyanya. Dan aku berada ditengah-tengah penghuni kelas XII IPA-2 sedang membahas kimia yang menurutku sangat sulit dan membuat kepalaku hampir pecah, tapi ditengah-tengah pelajaran kimia yang dipimpin pak narto, pak suliman masuk dengan membawa seorang perempuan yang cukup manis. “ Mungkin itu murid baru” akupun bertanya-tanya dalam hati, karena sangat penasaran.
“ Anak- anak ini ada teman baru kalian yang baru saja pindah dari jakarta, bapak harap kalian dapat beteman dengan baik. Dinda silahkan duduk di sana” ucap pak sulaiman yang menunjuk arah mejaku, karena aku memang duduk sendirian.
Lalu perempuan itu langsung menuju mejaku, ia tersenyum padaku dan aku pun membalas senyumannya. Selama pelajaran aku pun mengambil kesempatan untuk mengajaknya berkenalan, dan sekarang aku tahu gadis asal jakarta ini bernama Dinda Indryani. Dari sinilah kami memulai persahabatan itu.
“ Via yuk kekantin... aku belum tau persis sekolah ini, mau kan mengantarku ke kantin. Please..” ucapnya memelas, dan aku bergegas pergi dengan Dinda ke kantin.
“ Kamu mau pesan apa Din..??” Tanyaku dengan mengerutkan dahi karena bingung mau beli apa.
“ Aku syomai saja Vi, sama pocarisweat ya” pesan Dinda dengan menahan rasa laparnya.
“ Ok deh, kamu tunggu di sana ya” aku lalu menunjuk bangku yang berada tak jauh dari kasir.
Karena Dinda orang baru di kotaku, ia memintaku untuk menemaninya jalan-jalan jika aku tak sibuk. Dan pulang sekolah ini aku dibawanya kerumahnya yang bisa di bilang seperti istana, besar dan bagus. Dia hanya tinggal dengan para pembantunya yang jumlahnya seperti pemain basket, dibandingkan diriku pembantu satu saja sudah bersyukur. Dinda menunjukkan kamarnya yang berada di lantai dua dan dia menyuruhku menunggu dikamarnya akupun menurutinya.
Lima menit kemudian Dinda datang ke kamarnya dengan pembantunya yang membawa segelas jus jeruk dan sepiring kue cake yang baru di buat tadi pagi. Aku langsung ambil aba-aba untuk menyergap kue tersebut, karena aku memang jago makan.
“ Duh lahapnya makan,” Ucap Dinda yang membuatku hampir tersedak
“ He..Hee maaf ya, beginilah aku lihat kue langsung terjang tanpa pikir panjang” jawabku jujur dengan sedikit malu mengucapkannya
“ Iya gag apa, ayo habiskan saja..” Dengan menggeser piring yang berisi kue itu ke hadapanku
“ Orang tuamu mana Din, kok tak keliatan” tanyaku dengan penasaran
“ Mereka ada di luar kota” jawabnya singkat
“ Vi, kapan kamu mau ajak aku jalan- jalan, aku jadi gag sabar nih.” Sambungnya dengan mengalihkan topik pembicaraan,
“ Oke deh itu bisa diatur. Oya hari ini dirumahku ada pengajian rutin kerumahku aja yuk, sekalian tambah ilmu”
“ Gak apa ni Vi, aku jadi gag enak entar aku malah malu-maluin disana”
“ Ya ampun Dinda, kita kan disana cari ilmu. Ngapain malu-malu, penceramahbya gak ngebosanin deh. sekalian kamu main kerumahku iya kan” ajakku dengan semangat
“ ayolah Din,”
“ Tapi aku gak punya baju muslim nih,”
“ Yang pentingkan niatnya, bukan pakaiannya yang dinila ma Allah”
Akhirnya Dinda langsung mengganti pakaiannya dengan mengenakan rok panjang lipit-lpit dan baju bermotif bunga-bunga, serta selendang biru yang membuatnya semakin anggun.
“ Hei kok melamun, ayo kita berangkat” ucapnya membuyarkan lamunanku
“ Kamu anggun banget Din, aku aja sampai terpana melihatmu”
“ Ah kamu ada-ada saja” Dinda tersipu malu
Lalu kami pun berangkat menuju rumahku dengan diantar supir pribadi Dinda, jarak rumahku dengan rumah Dinda tak begitu jauh dan memakan waktu dua puluh menit kami tiba di rumahku yang suasananya sangat ramai oleh Ibu-ibu pengajian dan anak gadisnya. Karena pintu depan tak bisa kami lalui maka kami masuk melalui pintu samping yang menghubungkan ruang keluarga.
“ Assalamu’alaikum” ucap kami bersamaan
“ Wa’alaikumsalam” Jawab seorang Ibu-ibu dengan mengenakan jubah hijau dan tak lain adalah ibuku sendiri
“ Bu kenalin ini teman Via, namanya Dinda” sambil menunjuk kearah Dinda, Dinda pun mencium tangan ibuku
“ Ayo nak langsung saja bergabung dengan yang lain diruang tamu” ajak Ibu Via
“ Din, aku ganti baju dulu ya, kamu duluan aja nanti aku nyusul. Ok”
Yang aku lihat hanya senyum Dinda yang menyatakan kesetujuan, dalam waktu lima menit aku gunakan untuk mengganti pakaianku dengan busana muslim yang baru kubeli seminggi yang lalu. Setelah itu aku mendatangi Dinda yang duduk di pojok ruangan.
“ Hayo... serius amat neng”
“ Ternyata benar ya katamu penceramahnya bisa bangkitkan suasananya menjadi hidup dan isi ceramahnya bagus banget” Ucap gadis yang berhidung mancung ini dengan penuh semangat
“ Tapi aku dari tadi tak melihat ustadz yang ceramah hanya dengar suaranya saja Vi,” lanjutnya
“ Oh itu memang adat kebiasaan disini, biar gak zina mata. Soalnya yang ceramah kan laki-laki apalagi masih muda lo” panjang lebar aku menjelaskan
“ Oh begitu, aku baru tahu sih, maklum ya ilmu agamaku baru sedikit”
Dalam waktu satu jam setengah pengajian akhirnya selesai, ibuku pun mengeluarkan makanan serta snack kepada Ibu-ibu pengajian yang berada di ruang tamu, aku dan Dinda ikut membantu Ibu. Setelah itu kami berdua ikut makan, tapi kami berada di ruang keluarga karena tempatnya tidak terlalu muat, tanpa disangka si ustadz yang ceramah tadi masuk keruang keluarga. Nama ustadz itu adalh Muhammad Ali ia dalah sepupuku yang masih kuliah semester 4 dan sekarang ia membantu ayahku membagi ilmunya kepada masyarakat yang tinggal disekitar rumahku karena ayahku berada di batam karena urusan pekerjaan.
“ Assalamu’alaikum ukhty, di habisin makanannya jangan sampai sisa kasihan nasinya” dengan tersenyum dia ucapkan kepadaku yang asik makan nasi sop.
“ Wa’alaikumsalam kak. Hehee bisa aja. Iya ni bakal dihabiskan kok. Tadi ceramahnya bagus loh samapai ada yang kagum lo” aku pun hanya melirik kearah Dinda yang baru saja meneguk teh manis yang ibuku buat.
“ Ah, bisa aja kan kakak hanya bagi ilmu yang kaka dapat” jawanya merendah
“ Oya kak ini teman Via, namanya Dinda” aku menarik Dinda untuk berkenalan dengan kak Ali
Dinda pun tersenyum sedangkan kak Ali hanya tertunduk dan tak menatap Dinda.
“ Silahkan dilanjutkan makannya kakak pamit pulang dulu karena ada tugas kuliah yang harus diselesaikan dulu, Assalamu’alaikum” sambil brlalu pergi
“ Wa’alaikumsalam” jawab kami bersamaan
Setelah kak Ali pulang akupun iseng bertanya kepada Dinda pendapatnya soal kak Ali, Dinda hanya menanggapinya biasa-biasa aja. Walau begitu aku tahu Dinda hanya berpura-pura.
“ Din, menginap disin saja yah, besok kan libur. Ayolah... malam minggu ni kamu gak kemana-mana kan?”
“ Ok deh kalau ada yang memaksa,hehee... aku juga gak kemana-mana, kalau begitu aku telpon bibiku dulu ya biar gak kawatir” dengan menekan tombol-tombol dihandphonenya yang sangat mungil.
Malam minggu kuhabiskan bersama Dinda dengan bercerita,menonton film horor dam makan kue tar. Pada saat itu juga Dinda mengakui baru kali ini dia bersenang-senang karena selama ini dia tak pernah menginap di tempat temannya. Dan ku juga mendengar pengakuannya bahwa selama ini dia kesepian di rumah karena orang tuanya jarang pulang kerumah, tapi disaat mereka ada dirumah kerjaannya berantem hingga Dinda selalu mengurung diri hingga orang tuanya capai bertengkar. Ternyata ini yang membuat Dinda tak mau bercerita tentang orang tuanya.
Keesokan harinya Dinda di jemput sopir pribadinya, dan aku sendiri lagi deh. Setelah Dinda pulang aku mencoba mengerjakan semua tugasku lagi.
*****
Senin pagi yang cerah, burung –burung pun mulai bernyanyi menyambut mentari pagi yang baru bangun dari tidurnya. Seorang gadis yang sedang terburu-buru dengn sopirnya berangkat menuju sebuah tempat yang penuh dengan anak SMA, lalu ditengah jalan ban mobil si gadis bocor dan harus di tambal agar si gadis tidak terlambat kesekolahnya. Karena bengkel mobil jauh dari tempat mobilnya yang bocor maka ia berniat pergi kesekolah dengan sebuah taxi, tapi tiba-tiba ada serang laki-laki pengendara motor berhenti dan menyapanya, menanyakan keadaannya saat itu.
“ Assalamu’alaikum. Ukhty Dinda, sedang apa disini kok belum berangakat sekolah, bukannya sebentar lagi akan masukan” sambil melihat jam tangannya
“ Wa’alaikumsalam kak Ali, Dinda sedang menunggu taxi. Soalnya ban mobil Dinda bocor dan pak sopir baru aja pergi ke bengkel” dengan dahinya yang mulus bercucuran air mata
“ Kalau begitu sama kakak saja berangkatnya, daripada telat sayangkan nanti dapat hukuman”
“ Gak apakah kak, Dinda takut merepotkan kakak”
“ Iya gak apa, kampus kak juga sejalur arahnya.”
Akhirnya Dinda pun menerima tawaran Ali untuk berangkat bersama, sepanjang jalan pikiran Dinda tak karuan. Karena baru kali ini dia berangkat dngan orang yang baru ia kenal
“ Kak Ali orang baik,tak mungkin dia macam-macam denganku” ucapnya dalam hati
Dalam waktu lima menit Dinda pun telah sampai kesekolahnya,
“ Duh terimakasih ya kak, maaf sudah merepotkan kakak. Dinda duluan ya kak”
“ Iya, sama-sama.kakak pergi juga Assalamu’alaikum”
“ Wa’alaikumsalam “
Dinda pun langsung menuju kekelasnya, bersama Via ia melaksanakan upacara. Selama setengah jam upacara itu berlangsung ada jeda lima belas menit untuk istirahat di kantin, lalu Dinda dan Via gunakan untuk pergi ke kantin sekolah yang berada tak jauh dari ruang kelas mereka. Tiba-tiba handphone Dinda bergetar menandakan adanya pesan masuk.
‘ Din, coba kamu pergi kesebelah kantin’
“ Vi, kamu kenal nomor ini kah, dia sms aku nih” Dinda menunjukkan isi sms tersebut
“ Udahlah paling ada yang iseng aja” jawab Via acuh
Tak lama kemudian sms tersebut datang lagi,
‘ Ayo Din, pergi kesebelah kantin’
“ Vi, bagaimana ni ada lagi sms nya” ucap Dinda panik
“ Maunya apa sih ni orang, yaudah kita kesana”
Lalu kami putuskan untuk datang ketempat orang yang sms ke Dinda, tiba-tiba disana ada hiasan bunga dan balon, lalu banyak orang yang senyum-senyum ketika kami datang, ada apa nih memangnya ada yang lucu hingga mereka senyum-senyum. Aneh itu yang ada dalam pikiranku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang tak pernah kukenal sebelum nya membawa bunga mawar kesukaan Dinda.lalu aku melihat kearah Dinda, Dinda diam terpaku seperti orang linglung. Dan laki-laki tersebut sekarang berada pas di depan kami.
“ Dinda, Tolong maafkan aku. Aku ingin di hari ulangtahunmu sekarang aku bisa balik kekamu, please”
Laki-laki itu hingga bersujud di kaki Dinda, hah.. Dinda ulang tahun, kok aku tak tahu ya, lalu balik? Lelaki ini siapa sih, mantan pacar Dinda....
“ Aku mohon padamu, berilah aku kesempatan kedua Din. Aku tak akan mengulangi kesalahan yang dulu”
Yang aku lihat hanya Dinda yang diam terpaku dan menangis, aku tak tahu ia menangis karena bahagia atau sedih dan aku tak berani menanyakannya.
“ Aku mengejarmu hingga kesini hanya untuk mendapatkan maafmu dan balik padamu” jelas lelaki itu
“ Aku tak bisa jawab apa-apa untuk sekarang, aku sudah muak dengan semua ini”
“ Please Din, berilah aku kesempatan kedua” hingga bersujud-sujud
Tak lama kemudian Dinda memberikan jawaban kepada lelaki yang bernama Ryan, bahwa Dinda bersedia kembali padanya dengan syarat tak melukai hatinya lagi. Dan pertemuan di sebelah kantin itu awal hancurnya Dinda sahabatku.
*****
Makin hari aku merasa jauh dengan Dinda, yah walau hanya dikelas dan aku yang kerumahnya untuk bertemu dengan Dinda, aku merasa tempatku sudah tergantikan oleh lelaki yang bernama Ryan. Apa boleh buat jika itu membuat Dinda bahagia karena selama ini aku tau dia tertekan dan kesepian dengan keadaan orang tuanya. Dinda bahagia akupun ikut bahagia.
“ Din, nanti siang ada acara gak kamu?”
“ Aduh maaf ya Vi, ku ada janji dengan Ryan. Maaf banget yah” langsung berlalu pergi
“ Yah biarlah dia senang-senang, baru juga jalan tiga hari mereka jadian tak apalah aku mengalah” ucapku dalam hati namun agak kecewa sedikit.
Keesokan harinya aku tak menemukan sosok Dinda di dalam kelas, kabarnya dia tak ada berita dia sakit atau izin. Tapi setidaknya sebagai sahabatnya dia mengabariku kalau dia tak turun sekolah, apa yang sedang dia lakukannya sekarang ya?. Selama tiga hari berturut-turut kabar Dinda pun tidak jelas, aku takut kenapa-napa dengannya. Daripada aku berfikir macam-macam dan tak karuan sepulang sekolah kuniatkan untuk pergi kerumah Dinda.
Sesampai dirumah Dinda, aku bertemu dengan sopir pribadi Dinda dan bibi yang mengurus rumah Dinda. Mereka mengatakan Dinda sudah tiga hari mengurung diri dalam kamar dan tak mau makan. Tanpa pikir panjang lagi kaki melangkah kekamar Dinda yang berada di lantai dua, dan sekarang aku berada tepat didepan kamarnya
“ Din, ni aku Via. Tolong buka pintunya”
“ Gak, Kalian semua pergi aja tinggalan aku sendiri” jawabnya kekeh tak mau membuka pintunya
“ Bi, bibi tau kenapa Dinda sampai mengurung diri dan tak mau bertemu dengan siapa-siapa?” Tanyaku pada bi Dayem
“ Tiga hari yang lalu saya melihat non Dinda pulang dengan menangis, dan saat itu saat tuan dan nyonya yang baru pulang dari luar kota sedang cek-cok didalam kamar, dan non Dinda mendengarkan mereka langsung mengunci kamarnya dan tak keluar dari kamar hinga saat ini. Yang lebih kasihan lagi tuan dan nyonya tak peduli dengan non Dinda, mereka hanya kembali mengambil beberapa pakaian dan kembali lagi” jelas bi Dayem
Lalu handphoneku berbunyi,
“ Ya ampun bi, sebentar bi handphone saya bunyi” aku pun langsung menerima telepon yang berasal dari kak Ali
“ Assalamu’alaikum, kak tolong kemari penting, Via sekarang ada dirumah Dinda” karena sangat cemas aku langsung mengakhiri pembicaraanku dengan kak Ali,
Lima menit kemudian kak Ali pun datang dan menyusulku yang berada di depan kamar Dinda,
“ Ada apa Vi,?”
“ Dinda tak mau membuka pintunya, sudah tiga hari dia mengurung diri di kamar”
“ Bagaimana kalau kita dobrak saja, kakak juga kawatir kalau ada apa-apa dengannya” usul kak Ali
Brakkk.....
Dan yang kami lihat didalam kamar adalah Dinda yang overdosis memakan obat tidur, busa dimulutnya pun banyak berkeluaran. Kami pun langsung membawanya ke rumah sakit.
*****
Dalam waktu tiga puluh menit aku dan kak Ali menumggu akhirnya Dinda sadarkan diri, tapi ia hanya diam membisu dan menangis ketika kami menengoknya. Tak ada yang bisa kuperbuat untuk mengembalikan keceriaan Dinda seperti semula, aku pamit kepada kak Ali untuk membeli sedikit makanan untuk kami bertiga dan aku pergi dengan pikiran kosong.
Tanpa sengaja aku bertemu Ryan disebuah supermarket didekat rumah sakit, ketika aku ingin menghampirinya ada seorang perempuan bersamanya dan mereka sangat mesra. Masyallah , seperti itukah Ryan. Apakah ini ada kaitannya dengan Dinda yang mencoba bunuh diri, karena aku sedang malas melihat wajah Ryan aku bergegas membayar barang belanjaanku ke kasir dan cepat-cepat kembali ke rumah sakit.
Sesampai disana aku melihat kak Ali yang masih berusaha menghibur Dinda dan mengajaknya bicara tapi tak ada kemajuan Dinda tetap berdiam diri.
“ Bagaimana kak keadaannya sekarang,kaka tak pulang sudah sore”
“ Masih tetap diam,kakak masih ingin disini saja, Via duluan saja besokkan Via sekolah”
Aku pun menurut apa kata kak Ali dan aku langsung pulang kerumah,besok lagi aku akan kesini lagi.
Selama lima hari ini aku melihat kak Ali sangat rajin berada di rumah sakit menjenguk Dinda, dan yang sangat mengejutkan Dinda sudah mulai berbicara dengan kak Ali, dan usaha kak Ali tak sia-sia dalam lima hari ini, aku hanya memandang mereka dari luar
“ Kakak harap Dinda tak mengulangi seperti itu lagi, kakak mengerti jika Dinda selama ini kesepian dan tertekan dengan masalah yang ada, tapi ingatlah bahwa Allah selalu bersama hambanya yang sabar. Ia akan menolong hambanya yang selalu meminta pertolongan kepadanya. Jadi sayangilah dirimu” ucap kak Ali
“ Tapi apakah ini memang jalan hidup Dlam hidup Dindainda kak,kenapa Dinda tak pernah bahagia selalu saja ada masalah dan masalah.” Terang Dinda dengan menagis
“ Allah hanya menguji Dinda karena Allah sayang sama Dinda. Allah menurunkan ujian itu sepaket dengan penyelesaiannya,jadi jangan berputus asa . jalani hidup dengan selalu menyebut namanya”
“ Iya kak, dalam beberapa hari ini kakak sudah menemani Dinda di rumah sakit. Apa kakak tidak sibuk?”
“ Gak apa, kakak lagi libur kok, oya tadi dokter bilang hari ini Dinda sudah boleh pulang kerumah. Ayo sekarang kita beres-beres, kaka bantu sini”
Mereka berdua sangat cocok ya, pikiran nakalku pun keluar hehee.... tapi setidaknya Dinda sudah bisa ceria kembali karena kak Ali, aku menyusul mereka yang sedang asik membereskan kamar dan saling bercanda. Dinda meminta izin kepadaku untuk sementara waktu tinggal dirumahku, akupun tak keberatan dengan permintaannya. Karena aku dan dia sudah seperti saudara.
*****
Setelah beberapa hari Dinda tinggal dirumahku aku melihat perubahan dalam diri Dinda, dia sekarang sangat rajin mengikuti pengajian dimesjid,di rumahku dan tak pernah absen. Dan yang membuatku tambah kaget adalah sekarang Dinda mengenakan jilbab dan menutupi tubuhnya dengan baju yang sangat panjang. Padahal aku dari keluarga dari seorang kiayi belum siap untuk mengenakan jilbab, tapi aku bangga dengan Dinda.
“ Aku ingin berubah Vi, aku ingin semakin mendekatkan diri kepada penciptaku. Aku tak mau menyia-nyiakan waktuku. Kalau begitu aku pergi dulu ya kak Ali sudah menunggu didepan.”
“ Iya, hati-hati”
Dan sekarang aku melihat kak Ali dan Dinda semakin hari semakin dekat, aku berharap mereka suatu saat dapat bersama-sama selamanya karena aku percaya kak Ali dapat membahagiakan Dinda.
Tak lama kemudian ada seorang laki-laki tak kukenal datang kerumahku dan mengabarkan kak Ali dan Dinda mengalami kecelakaan saat berada simpang jalan dekat rumahku. Dadaku langsung sesak dan keringat dingin mengucur dari pelipisku karena aku tak menyangka mereka kecelakaan, aku langsung bergegas ke rumah sakit,karena aku tak mempunyai firasat apa-apa. Sesampainya disana aku datang terlambat bahwa nyawa Kak Ali dan Dinda tak dapat tertolong ketika mereka dibawa kerumah sakit. Aku tak menyangka akan secepat ini mereka meninggalkanku. Ya Allah aku tau semua yang kau miliki akan kembali pada-Mu.
Hari itu juga jenazah kak Ali dan Dinda dimakamkan, makam mereka bersebelahan. Awan yang mendung itu pun ikut bersedih dengan meninggalnya mereka brdua, apalagi Dinda gadis baik hati yang selama ini ku tahu ia banyak mengalami penderitaan. Air hujan mulai jatuh satu-persatu, di balik rintikan hujan aku melihat sosok yang sangat kukenal yaitu kedua orang tua Dinda dan cowok tak tau diri,Ryan. Mereka menangis tersedu-sedu menyatakan penyesalan mereka selama ini kepada gadis yang telah mereka sakiti hatinya. Sepeti inikah penyesalan manusia yag selalu datang belakangan ????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anda ^^

About Me