Menjadi seorang
penulis adalah impian semua orang yang memang gemar dalam menulis tak
terkecuali aku. Menjadi penulis yang hebat dan bisa bermanfaat untuk orang lain
tentunya, siapa sih yang tidak ingin mempunyai mimpi tersebut , pastinya banyak
yang menginginkannya, bukan? . Menulis juga sebaai sarana mengekspresikan atau meluapkan
perasaan yang tak dapat terucap tetapi dengan mudah dirangkai dalam huruf-huruf
menjadi sebuah kata dan selanjutnya kalimat yang dapat dipahami oleh siapa
saja.
Karena menulis itu sangat bermanfaat sekali, seperti kata mba Anne Ahira dalam blognya, menulis dapat menghilangkan stress dan membantu memecahkan masalah, mengapa? Karena apa yang kita rasakan akan benar-benar terekspresikan dan mengalihkan dari rasa tertekan. Dan tentunya kita akan merasa LEGA, plong dihati.
Karena menulis itu sangat bermanfaat sekali, seperti kata mba Anne Ahira dalam blognya, menulis dapat menghilangkan stress dan membantu memecahkan masalah, mengapa? Karena apa yang kita rasakan akan benar-benar terekspresikan dan mengalihkan dari rasa tertekan. Dan tentunya kita akan merasa LEGA, plong dihati.
Masa kanak-kanak..
Sewaktu kecil saya belum mengenal yang namanya
dunia menulis, yang ku tahu hanya mengarang karena pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya
sekedar mencari nilai disekolah dan belum mengerti bagaimana caranya
bener-benar mengekspresikan diri sesuai dengan minat. ketika saya kelas 5 SD di
MIN 2 Model Samarinda, seorang guru yang saya sering sapa dengan panggilan pak
Natsir memberi tahu kami (saya dan dan teman sekelas saya) untuk datang dalam
pelatihan jurnalis cilik setelah jam sekolah berakhir, dalam pelatihan tersebut
kami diberitahu caranya menulis dengan rumus 5W+1H. Dan rumus ini tidak pernah
saya lupa hingga saya memasuki bangku SMA.
Karena saya belum mengerti sekali untuk menulis
berlembar-lembar , saya hanya menulis paling banyak satu lembar kertas. Dan
saya baca kembali apa yang saya tulis Massyaallah saya tak paham dan membisu, “Ini
mah kaya tulisan di koran” ucap saya ketika itu. Karena tak mengerti apa-apa
saya hanya diperintahkan untuk menulis, dan baru saya sadari sekarang apa yang
tulis adalah sebuah artikel mini yang bagus. Yang tak mungkin saya tulis ulang
pada saat ini, mungkin karena gaya bahasanya yang berbeda ya.
Saya juga mencoba menulis dibuku harian, ya
Diary saat itu sangat digandrungi oleh anak-anak seusia saya pada waktu itu,
entah apa yang ditulis dalam buku harian itu, zaman sekarang mengatakan curhatan
anak-anak. Saya tuliskan saja apa yang saya rasakan dalam buku kecil itu, tapi
tidak beruntung saya buku itu dibaca oleh Abah saya, dan pastinya dapat omelan
karena katanya belum pantas untuk
menulis yang seperti itu , lalu apa yang saya tulis? Ssstt.. ada deh.. sejak
saat itu saya tak pernah menulis dibuku harian saya lagi, takut ketahuan lagi
^_^
Masa Remaja..
Ketika berhasil lulus UN SD dan melanjutkan
kebangku SMP, yaitu di MTsN Model Samarinda saya sama sekali tidak mencoba
menulis lagi, kecuali dalam pelajaran Bahasa Indonesia , ya just it. Kadang-kadang
menulis teks pidato bahasa Indonesia karena saya mengikuti lomba pidato ,
sayang ketika itu saya tak jadi diiukutkan lomba, saya tak tau apa sebabnya,
teman saya yang sudah biasa ikut lomba yang maju dipanggung. Tapi anehnya
ketika pengumuman bahwa teman saya menang yang dipanggil adalah nama saya,
sedangkan saya tak mengikuti lomba itu. That’s something wrong
Dan di bangku SMA, saya tak pernah kepikiran
untuk melanjutkan minat saya dalam tulis-menulis. Saya mencoba mengikuti ekskul
jurnalistik MAN 2 Model Samarinda, dan kebetulan sekali ekskul ini baru
dirintis dan saya adalah angkatan perintis, dari sinilah saya memulai menulis
lagi, dari menggarap mading hingga planing membuat sebuah buletin. Step by step
kami berusaha membuat ekskul ini bisa setara dengan ekskul lain. Dari menyewa
pembimbing seorang wartawan , untuk mengajari kami “The Reperter” (nama ekskul
jurnalistik).
Dari situ saya jadi sering menulis dengan
teman-teman saya, terkadang tulisan kami pajang di mading sekolah karen belum
ada buletin saat itu. Kami juga meliput pertandingan yang diadakan DEPAG
KALTIM. Saya berinisiatif menulis apa yang saya tulis dalam blog ini, niat awal
hanya ingin tulisan saya dibaca dan bisa bermanfaat buat yang lain, tetapi
kebanyakan saya menulis puisi daripada artikel karena waktu itu saya sudah
penjurusan di SMA yaitu jurusan Bahasa, kelas saya selalu diberi tugas untuk
menulis puisi dan cerpen. Yang penting nuliskan?
Saat ini..
Sekarang saya sudah dua tahun menuntut ilmu di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya merasa menulis itu bukan sebuah tuntutan,
tapi sebuah kebutuhan hidup yang memang harus dilakukan setelah beribadah
kepada-Nya. Jika dulu saya belum punya fasilitas seperti laptop dan internet
hanya menulis dikertas dan mengepostkan diblog jika tulisan saya sudah banyak.
Dan sekarang alhamdulillah fasilitas sudah ada, haruskah saya malam menulis?
Walaupun terkadang juga malas si hehe, karena tugas kuliah yang menumpuk. Sejak
semester dua saya mulai merombak kebiasaan saya, setidaknya saya bisa
menghasilkan tulisan dalam sebulan sepuluh tulisan. Lalu saya mengikuti seminar
yang mengarah pada jurnalistik hingga saya bisa ikut seminarnya Gol A Gong dan
foto bersama beliau, mengasikkan bukan?
Di semester tiga saya bergabung dengan
teman-teman penulis yang telah follow up oleh organisasi yang saya ikuti untuk
membuat wadah penulis yaitu Forum Pena Profetik (FPP). Dari sharing bersama
teman-teman dan pembicara saya mendapat sesuatu yang subhanallah sangat luar
biasa dalam tulis menulis. Saya bisa
bertemu pak Yusuf Maulana editor Pro U Media dan teman2 FLP Yogyakarta seperti
mas Wisnu dan Mba Ana yang sangat luar biasa ilmunya.
Benjamin franklin, salah seorang presiden Amerika
Serikat pernah mengatakan, Jika anda tidak ingin dilupakan orang segera setelah
anda meninggal, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu
yang patut diabadikan dalam tulisan. Sungguh kata-kata yang makin membuat
semangat untuk menulis. Hidup di
dunia hanya sekali. Akankah hidup kita tanpa menghasilkan sebuah karya yang
bermakna. Tanpa prestasi yang berarti?. Dan salah satu cara untuk menghasilkan karya yaitu
dengan menuangkannya dalam tulisan. Karya yang akan dikenang
sejarah dan dapat mewarnai peradaban. Dan mengukir nama kita pada
lembaran-lembaran sejarah, so tunggu apalagi? Dan insyaallah akan menjadi
investasi amal kita kelak ketika meninggal. Sebagaimana yang dijanjikan oleh
Rasullah. Jika anak Adam meninggal putuslah amalannya kecuali tiga. Salah satunya
adalah ilmu yang bermanfaat.
Karya kita yang berupa tulisan, jika terus
dipakai, dibaca orang atau dimanfaatkan, pahalanya akan terus mengalir walaupun
kita telah meninggal dunia. Bagaimana? Rasullah saja sudah menjamin bukan. Ayo kita menulis mengukir
sejarah dan mengukir pahala. ^__^b
by :Erika hime~
by :Erika hime~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anda ^^