Pages

topbella

Minggu, 03 Juni 2012

Goresan pertamaku


Menjadi seorang penulis adalah impian semua orang yang memang gemar dalam menulis tak terkecuali aku. Menjadi penulis yang hebat dan bisa bermanfaat untuk orang lain tentunya, siapa sih yang tidak ingin mempunyai mimpi tersebut , pastinya banyak yang menginginkannya, bukan? . Menulis juga sebaai sarana mengekspresikan atau meluapkan perasaan yang tak dapat terucap tetapi dengan mudah dirangkai dalam huruf-huruf menjadi sebuah kata dan selanjutnya kalimat yang dapat dipahami oleh siapa saja.
Karena menulis itu sangat bermanfaat sekali, seperti kata mba Anne Ahira dalam blognya, menulis dapat menghilangkan stress dan membantu memecahkan masalah, mengapa? Karena apa yang kita rasakan akan benar-benar terekspresikan dan mengalihkan dari rasa tertekan. Dan tentunya kita akan merasa LEGA, plong dihati.
Masa kanak-kanak..
Sewaktu kecil saya belum mengenal yang namanya dunia menulis, yang ku tahu hanya mengarang karena pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya sekedar mencari nilai disekolah dan belum mengerti bagaimana caranya bener-benar mengekspresikan diri sesuai dengan minat. ketika saya kelas 5 SD di MIN 2 Model Samarinda, seorang guru yang saya sering sapa dengan panggilan pak Natsir memberi tahu kami (saya dan dan teman sekelas saya) untuk datang dalam pelatihan jurnalis cilik setelah jam sekolah berakhir, dalam pelatihan tersebut kami diberitahu caranya menulis dengan rumus 5W+1H. Dan rumus ini tidak pernah saya lupa hingga saya memasuki bangku SMA.
Karena saya belum mengerti sekali untuk menulis berlembar-lembar , saya hanya menulis paling banyak satu lembar kertas. Dan saya baca kembali apa yang saya tulis Massyaallah saya tak paham dan membisu, “Ini mah kaya tulisan di koran” ucap saya ketika itu. Karena tak mengerti apa-apa saya hanya diperintahkan untuk menulis, dan baru saya sadari sekarang apa yang tulis adalah sebuah artikel mini yang bagus. Yang tak mungkin saya tulis ulang pada saat ini, mungkin karena gaya bahasanya yang berbeda ya.
Saya juga mencoba menulis dibuku harian, ya Diary saat itu sangat digandrungi oleh anak-anak seusia saya pada waktu itu, entah apa yang ditulis dalam buku harian itu, zaman sekarang mengatakan curhatan anak-anak. Saya tuliskan saja apa yang saya rasakan dalam buku kecil itu, tapi tidak beruntung saya buku itu dibaca oleh Abah saya, dan pastinya dapat omelan karena  katanya belum pantas untuk menulis yang seperti itu , lalu apa yang saya tulis? Ssstt.. ada deh.. sejak saat itu saya tak pernah menulis dibuku harian saya lagi, takut ketahuan lagi ^_^

Masa Remaja..
Ketika berhasil lulus UN SD dan melanjutkan kebangku SMP, yaitu di MTsN Model Samarinda saya sama sekali tidak mencoba menulis lagi, kecuali dalam pelajaran Bahasa Indonesia , ya just it. Kadang-kadang menulis teks pidato bahasa Indonesia karena saya mengikuti lomba pidato , sayang ketika itu saya tak jadi diiukutkan lomba, saya tak tau apa sebabnya, teman saya yang sudah biasa ikut lomba yang maju dipanggung. Tapi anehnya ketika pengumuman bahwa teman saya menang yang dipanggil adalah nama saya, sedangkan saya tak mengikuti lomba itu. That’s something wrong
Dan di bangku SMA, saya tak pernah kepikiran untuk melanjutkan minat saya dalam tulis-menulis. Saya mencoba mengikuti ekskul jurnalistik MAN 2 Model Samarinda, dan kebetulan sekali ekskul ini baru dirintis dan saya adalah angkatan perintis, dari sinilah saya memulai menulis lagi, dari menggarap mading hingga planing membuat sebuah buletin. Step by step kami berusaha membuat ekskul ini bisa setara dengan ekskul lain. Dari menyewa pembimbing seorang wartawan , untuk mengajari kami “The Reperter” (nama ekskul jurnalistik).
Dari situ saya jadi sering menulis dengan teman-teman saya, terkadang tulisan kami pajang di mading sekolah karen belum ada buletin saat itu. Kami juga meliput pertandingan yang diadakan DEPAG KALTIM. Saya berinisiatif menulis apa yang saya tulis dalam blog ini, niat awal hanya ingin tulisan saya dibaca dan bisa bermanfaat buat yang lain, tetapi kebanyakan saya menulis puisi daripada artikel karena waktu itu saya sudah penjurusan di SMA yaitu jurusan Bahasa, kelas saya selalu diberi tugas untuk menulis puisi dan cerpen. Yang penting nuliskan?
Saat ini..
Sekarang saya sudah dua tahun menuntut ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya merasa menulis itu bukan sebuah tuntutan, tapi sebuah kebutuhan hidup yang memang harus dilakukan setelah beribadah kepada-Nya. Jika dulu saya belum punya fasilitas seperti laptop dan internet hanya menulis dikertas dan mengepostkan diblog jika tulisan saya sudah banyak. Dan sekarang alhamdulillah fasilitas sudah ada, haruskah saya malam menulis? Walaupun terkadang juga malas si hehe, karena tugas kuliah yang menumpuk. Sejak semester dua saya mulai merombak kebiasaan saya, setidaknya saya bisa menghasilkan tulisan dalam sebulan sepuluh tulisan. Lalu saya mengikuti seminar yang mengarah pada jurnalistik hingga saya bisa ikut seminarnya Gol A Gong dan foto bersama beliau, mengasikkan bukan?
Di semester tiga saya bergabung dengan teman-teman penulis yang telah follow up oleh organisasi yang saya ikuti untuk membuat wadah penulis yaitu Forum Pena Profetik (FPP). Dari sharing bersama teman-teman dan pembicara saya mendapat sesuatu yang subhanallah sangat luar biasa  dalam tulis menulis. Saya bisa bertemu pak Yusuf Maulana editor Pro U Media dan teman2 FLP Yogyakarta seperti mas Wisnu dan Mba Ana yang sangat luar biasa ilmunya.
Benjamin franklin, salah seorang presiden Amerika Serikat pernah mengatakan, Jika anda tidak ingin dilupakan orang segera setelah anda meninggal, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan dalam tulisan. Sungguh kata-kata yang makin membuat semangat untuk menulis.  Hidup di dunia hanya sekali. Akankah hidup kita tanpa menghasilkan sebuah karya yang bermakna. Tanpa prestasi yang berarti?. Dan salah  satu cara untuk menghasilkan karya yaitu dengan menuangkannya dalam tulisan. Karya yang akan dikenang sejarah dan dapat mewarnai peradaban. Dan mengukir nama kita pada lembaran-lembaran sejarah, so tunggu apalagi? Dan insyaallah akan menjadi investasi amal kita kelak ketika meninggal. Sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasullah. Jika anak Adam meninggal putuslah amalannya kecuali tiga. Salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.
Karya kita yang berupa tulisan, jika terus dipakai, dibaca orang atau dimanfaatkan, pahalanya akan terus mengalir walaupun kita telah meninggal dunia. Bagaimana?  Rasullah saja sudah  menjamin bukan. Ayo kita menulis mengukir sejarah dan mengukir pahala. ^__^b


by :Erika hime~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anda ^^

About Me