setelah sampai di kampung halamanku di Samarinda, saya bergegas pergi ke kamar yang bisa di bilang sudah sangat berubah dari setahun yang lalu, ketika saya akan pergi kuliah di Jogjakarta. saya pun mulai membongkar-bongkar lemari dan kutemukan kumpulan file-file di dalam map, saya menemukan cerpen yang pertama kali ku buat gara-gara tugas sastra indonesia saat di aliyah dulu.
wah jadi kangen rasanya.....
^^
dan ini saya postingkan cerpen saya, selamat menikmati yah ^^
Dengan apa yang kita miliki,
Hingga dalam akhirnya kita terhempas
Dalam kekufuran….
Dalam kehinaan….
Dan kenistaan tanpa henti,
Bagaimanakah kita mensyukuri semua itu
Hanya waktulah yang mampu menjawabnya
Dengan langkah terburu-buru Dika berlari menuju pintu gerbang yang akan di kunci. “ Tumben den terlambat” sapa pak satpam.
“Mobilnya mogok pal” jawabnya singkat, lalu Dika bergegas menuju kelasnya yang tidak jauh dari pintu gerbang.
“Hufhh… untung gak telat nii” dengan nafas ngos-ngosan. Dika masuk kelas.
“Tumben lo telat Dik…. Padahal hari ini bu Teti yang ngajar, telat dikit mampus lo. Eh ngomong-ngomong Ibunya mana tumben belum nongol” jelas Dino sahabat Dika sejak SMP
Tok…tok… : Pagi anak-anak, maaf Ibu terlambat. Hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung, ayoo masuk” tungkas Bu Teti panjang lebar.
Seisi kelas pun tercengang melihat murid baru itu memasuki kelas.
“Assalamu’alaikum…. Nama saya Zahra, lengkapnya Zahratunnisa” ucapnya dengan tersenyum malu.
“Iwoww… sudah punya pacar belum neng??” celetukan salah satu siswa laki-laki yang ada di kelas.
“Alhamdulillah belum ada” jawabnya santai
Suara ricuh anak-anak semakin menjadi-jadi..
“Sudah-sudah kita mulai pelajaran sekarang, Zahra silahkan duduk ditempatmu” sambil menunjuk kearah tempat ditengah yang kosong.
Siang itu matahari terlihat sangat terik sekali sehingga siswa-siswi kelas XII IPA 2 itu malas untuk keluar kelas. Dan kebanyakan anak laki-lakinya memanfaatkan waktu istirahat dengan berkenalan dengan Zahra. Melihat kelakuan teman-temannya seperti itu Dika berfikir hanya buang-buang waktu saja, dia pun bergegas meninggalkan kelas.
Semakin hari Zahra menjadi dikenal oleh seluruh siswa-siswi SMA Bintang, terutama dikalangan siswanya. Bagi mereka Zahra selain cantik, ia dikenal baik dan tidak sombong, sholehah pula.
*******
Malam itu sehabis pulang dari pengajian dimesjid, ditengah jalan Zahra bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang mabuk, yang tak lain adalah Dika teman sekelasnya. Tanpa piker panjang lagi Zahra meminta bantuan orang-orang untuk membawa Dika pulang kerumahnya.
Dengan sabar Zahra menunggu Dika sadar dari pingsannya, keesokan paginya Dika pun sadarkan diri.
“Argh… kepalaku sakit banget nih, sekarang aku ada dimana?” ucap Dika sambil memegang kepalanya.
“Loh kamu kok??” ucapnya lagi. Dika merasa bingung dengan adanya Zahra dihadapannya.
“Kamu pingsan nak… ini ibu buatkan the jangan lupa diminum yah” ucap Ibu ramah, dengan menjelaskan keadaan semalam yang terjadi dengan Dika.
“Untung Zahra yang menemukan nak Dika pingsan di jalan, Ibu mau ke dapur dulu nak”
Ibu pun berlalu ke dapur..
“Kenapa kamu nolongin aku semalam??” dengan nada cetus sambil mengamati Zahra yang sejak tadi dihadapannya.
“Apa saya salah nolongin kamu? Untung kamu gak apa-apa, kalau terjadi sesuatu ma kamu bagaimana?” tanpa sadar butiran putih nan bening hangat keluar dari sudut mata Zahra dan membasahi pipinya yang merona.
“Apa kamu pernah berfikir, waktu yang diberikan oleh Allah itu sangat beharga? Dan kalau bisa kita jangan menyia-nyiakannya”
“Lalu kenapa kamu menyiakannya dengan minum-minum?” lanjuta Dinda, air matanya pun semakin deras bercucuran.
Dika pun tersentuh dan tak tahan melihat Zahra menangis untuknya, akhirnya Dika pun angkat bicara.
“Kenapa kamu nangis untukku? Padahal kita belum terlalu kenal, aku sadar… aku banyak nyia-nyiakan waktu dengan hal yang gak berguna, tapi mereka gak pernah mengerti apa yang aku inginkan. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tanpa peduli aku butuh kasih sayang mereka” ucap Dika panjang lebar
Tiba-tiba Ibunya Zahra datang dan ikut obrolan mereka,
“Nak Dika…. Ibu mengerti dengan perasaan nak Dika, mungkin mereka terlalu sibuk. Tapi mereka bekerja untuk membiayai kehidupan nak Dika ,”
“ya bu saya mengerti” Dika hanya bisa tertunduk lesu.
*******
Keesokan harinya Dika pun bersekolah seperti biasa, semenjak pulang dari rumah Zahra, Dika menjadi pendiam dan berhenti minum-minum. Lalu hubungan antara Dika dan Zahra pun menjadi dekat.
“Hei Dik, entar malam ketempat biasa yuk!” ajak Dino dengan penuh semangat.
“Gak ah..” jawabnya cuek.
“Yaudahkalau gak mau juga gak apa-apa. Tapi ada yang aneh dengan kamu” Tanya Dino heran.
“Apa ada hubungannya dengan anak baru itu?? Gosipnya lo sekarang sering pulang berdua” tanyanya makin menyelidik.
“Ah.. sok tau lo, gak ada hubungannya, kok bawa Zahra sih?” Dika geram kepada Dino.
Lima menit setelah Dino pergi, Dika menghampiri Zahra yang masih asik memasukkan buku-bukunya didalam tas.
“Assalamu’alaikum” spa Dika
“Wa’alaikumslam….” Jawab Zahra
“Yuu.. pulang,”ajak Dika
“Rumah kita kan berlawanan arah, saya gak mau merepotkan kamu terus. Gak usah yaa…” Zahra menolak dengan halus,
“Aku mau main kerumah mu, gak boleh ya??”
“Boleh aja kok” jawab Zahra dengan senyummya yang manis,
“Aku kangen pisang goreng buatan Ibu mu he he he….”
Akhirnya mereka pun pulang sama-sama, dari kejauhan Dino melihat mereka berdua .
“Sebenarnya ada pa dengan mereka ya?? Apa sih yang menarik dari gadis itu….” Gumam Dino dalam hati.
Lima belas
menit kemudian Zahra dan Dika telah sampai, ibu Zahra menyambut mereka berdua
di depan pintu.
“
Assalamu’alaikum bu… “ ucap mereka berdua serentak
“Wa’alaikumsalam
warohmatullah” jawab ibu Zahra
Begeitupun
seterusnya Dika selalu mengantar Zahra pulang kerumah.
Dua Minggu
kemudian….
Ketika pulang
sekolah Zahra melihat mobil Dino dengan pintu terbuka, ternyata Dino pingsan
karena overdosis. Lalu Zahra membawa Dino kerumah sakit.
Setelah dua
puluh menit, akhirnya Dino sadarkan diri dan dia tidak menyangka ternyata yang
membawanya kerumah sakit adalah Zahra.
“Bagaimana
kamu sudah baikan?” Tanya Zahra
“Lebih baik
kamu pergi dari sini” bentak Dino dengan kasar dan membuat Zahra kaget,tanpa
banyak kata Zahra meninggalkan Dino yang masih terbaring di tempat tidur.
Dengan raut muka yang sedih ia berfikir apakah dirinya salah dalam berbicara.
Tak lama
kemudian,
Tok-tok…
bunyi ketukan dari luar kamar Dino
“Ya masuk
“ucap Doni
“Din gimana
kedaan lo? Gue kawatir nih, pasti make kebanyakan” Tanya Dika
“Tau aja lo,
untung ada bidadari yang nolongin gue”
“Eh… siapa?”
Tanya Dika penasaran
“Mau tau aja
lo…” jawab Dino usil.
“Ye main
rahasiaan nih, yaudah aku pulang dulu, asslamu’alaikum.”
“Tumben ni
anak pake salam segala, ngomong-ngomong aku harus minta maaf soal yang tadi ma
Zahra” bisiknya dalam hati.
Akhirnya Dino
pulang juga dari rumah sakit, dan ia bersekolah seperti biasanya. Dan ia pun
bergegas menemui Zahra yang ada di kantin.
“Ra… aku
mintamaaf soal kejadian di rumah sakit kemarin, tapi aku sangat berterimaksih
kamu udah menyelamati nyawaku” ucapnya memohon
“Terimaksih
untuk apa, itu sudah sewajarnya kan? Saya sudah maafin kamu kok” jawabnya ramah
Sudah dua
minggu Dika tidak masuk sekolah, ada apa dengan Dika ya? Ucap Zahra dalam hati.
Untuk mengatasi kebingungannya ia putuskan untuk mencari tau kepada wali
kelasnya.
“bagaimana
dengan Dika bu, apa ada kabarnya??
“Tidak ada
selama dua minggu ini, Dika tanpa keterangan” jawab wali kelasnya panjang
lebar.
“Oh begitu,
kalau begitu saya permisi dulu bu” sambil berlalu dari kantor.
Dari kejauhan
Dino melihat Zahra keluar dari ruang guru dan ia mengejarnya,
“Zahra….”
Sambil berlari mengejar Zahra
“Ya, ada
apa?”
“Ada perlu
apa keruang guru?”
“Saya hanya
ingin tau kabar Dika, sudah dua minggu ini dia tidak masuk sekolah, lalu gak
ada kabarnya sama sekali”
“Kamu suka ya
ma Dika, kok kawatir banget??” Tanya Dino menyelidik
Tiba-tiba
saja wajah Zahra memerah,
“Kita Cuma
teman aja kok, yuk kembali ke kelas” Zahra berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sepulang
sekolah salah satu orang tua siswa mendatangi Zahra, mereka mengajak Zahra
masuk kedalam mobil, Zahra pun ikut dengan mereka. Dan mereka turun di RS.A.
Wahab Syahrani dan mengajak Zahra masuk kedalam
“Ada apa ini
tante?” Tanya bingung.
Sesampainya
diruangan yang bertuliskan nomor 29 Zahra dan dua orang tua itu masuk ke dalam.
Degh…..”Dika,
!!! Zahra langsung meneteskan air mata seketika ketika melihat Dika terbaring
lemah di tempat tidur, orang tua itu adalah orang tua Dika.
“Nak Zahra,
sudah dua minggu ini Dika tak sadarkan diri, dia hanya memanggil nama nak Zahra
berulang kali.”
Ibunya Dika
tak sanggup menahan air mata, AZahra pun mendekatkan diri ke samping Dika.
“Dika….
Bangun, ini saya Zahra” Zahra pun tak sanggup menahan air matanya yang
membasahi bibir mungilnya,
Tak lama
kemudian Dika sadar dan tersenyum kepada Zahra, lalu dia mengatakan sesuatu
“Zahra di
dalam novel yang aku beri saat itu” ucapnya terbata-bata. Dan setelah ituDika
menutup matanya untuk selama-lamanya.
“Dik bangun
…please jangan tinggalin kami” ucapnya dengan bercucuran air mata
“Sudah nak
Zahra, ini sudah menjadi takdir Dika” papa Dika berusaha menenangkan Zahra yang
tak terima Dika meninggalkannya.
“Tapi Dika
meninggal dengan bahagia karena telah bertemu dengan nak Zahra disaat
terakhirnya” lanjut ibu Dika.
*******
Hari itu juga Dika Dika dimakamkan di pemakaman umum yang tak
jauh dari komplek rumahnya, dengan kondisi gerimis.
“Sabar ya Ra… aku juga tidak menyangka Dika akan meninggalkan
kita secepat ini, sekarang kita doakan saja semoga dia bahagia disana.” Dino
berusaha menenangkan Zahra yang masih menangis.
Setelah itu Dino mengantar Zahra dan Ibunya pulang, sesampai
di rumah Zahra ingat pesan Dika sebelum meninggal.
Lalu ia bergegas berlari menuju kamarnya dan mencari novel
pemberian Dika, lalu ia menemukan surat di dalamnya, dan ia pun langsung
membacanya.
Assalamu’alaikum wr.wb
Zahra…
Aku harap kau tidak bersedih
ketika membaca surat ini,
Aku hanya ingin mengatakan
kalau aku MENCINTAIMU
Tapi aku tak pantas mengatakan
ini kepadamu,
Terimakasih telah menyadarkan diriku,
Apa kau ingat ketika dirimu
menangis untukku.
Aku sangat gembira karena baru
ada orang yang perhatian sama aku.
Terimakasih telah telah
mengisi relung hari-hariku,
Sudah lama ku ingin
mengungkapkannya padamu,
tapi aku tak punya keberanian
aku harap dirimu tak marah
padaku
karena aku tak pernah cerita
soal penyakit yang ku alami ini.
Aku gak mau buat kamu kawatir
dengan kondisiku,
Terimakasih untuk semua….
Wassalam…
Dika.
Setelah membaca surat itu, Zahra lalu jatuh pingsan, segera
Dino membawa Zahra ketempat tidur dan ikut membaca surat tersebut.
“Ya begitulah ceritanya, sebenarnya ayah juga menyimpan
perasaan kepada bundamu sejak dulu, lima tahun setelah ayah pulang dari Amerika
untuk menyelesaikan kuliah, ayah langsung dating kerumah bundamu dan
melamarnya.” Jelas Dino panjang lebar kepada anaknya.
“ooo… jadi itu alas an kenapa ayah memakamkan bunda disamping
makam teman ayah yang bernama Dika itu,” ucap Zizah anak semata wayangnya yang
baru saja menginjak remaja.
Lalu Dino memeluk Zizah,”Andai dirimu tau Zahra kalau aku dan
anak kia ingin kau bahagia juga disana.
“Aku mencintaimu, sama seperti Dika mencintaimu”ucap Dino
lirih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anda ^^