Pages

topbella

Selasa, 09 Agustus 2011

Andai Zahra Tau...

setelah sampai di kampung halamanku di Samarinda, saya bergegas pergi ke kamar yang bisa di bilang sudah sangat berubah dari setahun yang lalu, ketika saya akan pergi kuliah di Jogjakarta. saya pun mulai membongkar-bongkar lemari dan kutemukan kumpulan file-file di dalam map, saya menemukan cerpen yang pertama kali ku buat gara-gara tugas sastra indonesia saat di aliyah dulu.
wah jadi kangen rasanya.....
^^

dan ini saya postingkan cerpen saya, selamat menikmati yah ^^




Mengapa kita tidak pernah bersyukur
Dengan apa yang kita miliki,
Hingga dalam akhirnya kita terhempas
Dalam kekufuran….
Dalam kehinaan….
Dan kenistaan tanpa henti,
Bagaimanakah kita mensyukuri semua itu
Hanya waktulah yang mampu menjawabnya

Tap-tap “Tunggu pak !!!! jangan ditutup dulu”
            Dengan langkah terburu-buru Dika berlari menuju pintu gerbang yang akan di kunci. “ Tumben den terlambat” sapa pak satpam.
“Mobilnya mogok pal” jawabnya singkat, lalu Dika bergegas menuju kelasnya yang tidak jauh dari pintu gerbang.
“Hufhh… untung gak telat nii” dengan nafas ngos-ngosan. Dika masuk kelas.
“Tumben lo telat Dik…. Padahal hari ini bu Teti yang ngajar, telat dikit mampus lo. Eh ngomong-ngomong Ibunya mana tumben belum nongol” jelas Dino sahabat Dika sejak SMP
Tok…tok… : Pagi anak-anak, maaf Ibu terlambat. Hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung, ayoo masuk” tungkas Bu Teti panjang lebar.
Seisi kelas pun tercengang melihat murid baru itu memasuki kelas.
“Assalamu’alaikum…. Nama saya Zahra, lengkapnya Zahratunnisa” ucapnya dengan tersenyum malu.
“Iwoww… sudah punya pacar belum neng??” celetukan salah satu siswa laki-laki yang ada di kelas.
“Alhamdulillah belum ada” jawabnya santai
Suara ricuh anak-anak semakin menjadi-jadi..
“Sudah-sudah kita mulai pelajaran sekarang, Zahra silahkan duduk ditempatmu” sambil menunjuk kearah tempat ditengah yang kosong.

Siang itu matahari terlihat sangat terik sekali sehingga siswa-siswi kelas XII IPA 2 itu malas untuk keluar kelas. Dan kebanyakan anak laki-lakinya memanfaatkan waktu istirahat dengan berkenalan dengan Zahra. Melihat kelakuan teman-temannya seperti itu Dika berfikir hanya buang-buang waktu saja, dia pun bergegas meninggalkan kelas.
Semakin hari Zahra menjadi dikenal oleh seluruh siswa-siswi SMA Bintang, terutama dikalangan siswanya. Bagi mereka Zahra selain cantik, ia dikenal baik dan tidak sombong, sholehah pula.
*******
Malam itu sehabis pulang dari pengajian dimesjid, ditengah jalan Zahra bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang mabuk, yang tak lain adalah Dika teman sekelasnya. Tanpa piker panjang lagi Zahra meminta bantuan orang-orang untuk membawa Dika pulang kerumahnya.
Dengan sabar Zahra menunggu Dika sadar dari pingsannya, keesokan paginya Dika pun sadarkan diri.
“Argh… kepalaku sakit banget nih, sekarang aku ada dimana?” ucap Dika sambil memegang kepalanya.
“Loh kamu kok??” ucapnya lagi. Dika merasa bingung dengan adanya Zahra dihadapannya.
“Kamu pingsan nak… ini ibu buatkan the jangan lupa diminum yah” ucap Ibu ramah, dengan menjelaskan keadaan semalam yang terjadi dengan Dika.
“Untung Zahra yang menemukan nak Dika pingsan di jalan, Ibu mau ke dapur dulu nak”
Ibu pun berlalu ke dapur..
“Kenapa kamu nolongin aku semalam??” dengan nada cetus sambil mengamati Zahra yang sejak tadi dihadapannya.
“Apa saya salah nolongin kamu? Untung kamu gak apa-apa, kalau terjadi sesuatu ma kamu bagaimana?” tanpa sadar butiran putih nan bening hangat keluar dari sudut mata Zahra dan membasahi pipinya yang merona.
“Apa kamu pernah berfikir, waktu yang diberikan oleh Allah itu sangat beharga? Dan kalau bisa kita jangan menyia-nyiakannya”
“Lalu kenapa kamu menyiakannya dengan minum-minum?” lanjuta Dinda, air matanya pun semakin deras bercucuran.

Dika pun tersentuh dan tak tahan melihat Zahra menangis untuknya, akhirnya Dika pun angkat bicara.
“Kenapa kamu nangis untukku? Padahal kita belum terlalu kenal, aku sadar… aku banyak nyia-nyiakan waktu dengan hal yang gak berguna, tapi mereka gak pernah mengerti apa yang aku inginkan. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tanpa peduli aku butuh kasih sayang mereka” ucap Dika panjang lebar
Tiba-tiba Ibunya Zahra datang dan ikut obrolan mereka,
“Nak Dika…. Ibu mengerti dengan perasaan nak Dika, mungkin mereka terlalu sibuk. Tapi mereka bekerja untuk membiayai kehidupan nak Dika ,”
“ya bu saya mengerti” Dika hanya bisa tertunduk lesu.

*******
Keesokan harinya Dika pun bersekolah seperti biasa, semenjak pulang dari rumah Zahra, Dika menjadi pendiam dan berhenti minum-minum. Lalu hubungan antara Dika dan Zahra pun menjadi dekat.
“Hei Dik, entar malam ketempat biasa yuk!” ajak Dino dengan penuh semangat.
“Gak ah..” jawabnya cuek.
“Yaudahkalau gak mau juga gak apa-apa. Tapi ada yang aneh dengan kamu” Tanya Dino heran.
“Apa ada hubungannya dengan anak baru itu?? Gosipnya lo sekarang sering pulang berdua” tanyanya makin menyelidik.
“Ah.. sok tau lo, gak ada hubungannya, kok bawa Zahra sih?” Dika geram kepada Dino.

Lima menit setelah Dino pergi, Dika menghampiri Zahra yang masih asik memasukkan buku-bukunya didalam tas.
“Assalamu’alaikum” spa Dika
“Wa’alaikumslam….” Jawab Zahra
“Yuu.. pulang,”ajak Dika
“Rumah kita kan berlawanan arah, saya gak mau merepotkan kamu terus. Gak usah yaa…” Zahra menolak dengan halus,
“Aku mau main kerumah mu, gak boleh ya??”
“Boleh aja kok” jawab Zahra dengan senyummya yang manis,
“Aku kangen pisang goreng buatan Ibu mu he he he….”
Akhirnya mereka pun pulang sama-sama, dari kejauhan Dino melihat mereka berdua .
“Sebenarnya ada pa dengan mereka ya?? Apa sih yang menarik dari gadis itu….” Gumam Dino dalam hati.

Lima belas menit kemudian Zahra dan Dika telah sampai, ibu Zahra menyambut mereka berdua di depan pintu.
“ Assalamu’alaikum bu… “ ucap mereka berdua serentak
“Wa’alaikumsalam warohmatullah” jawab ibu Zahra
Begeitupun seterusnya Dika selalu mengantar Zahra pulang kerumah.

Dua Minggu kemudian….
Ketika pulang sekolah Zahra melihat mobil Dino dengan pintu terbuka, ternyata Dino pingsan karena overdosis. Lalu Zahra membawa Dino kerumah sakit.
Setelah dua puluh menit, akhirnya Dino sadarkan diri dan dia tidak menyangka ternyata yang membawanya kerumah sakit adalah Zahra.
“Bagaimana kamu sudah baikan?” Tanya Zahra
“Lebih baik kamu pergi dari sini” bentak Dino dengan kasar dan membuat Zahra kaget,tanpa banyak kata Zahra meninggalkan Dino yang masih terbaring di tempat tidur. Dengan raut muka yang sedih ia berfikir apakah dirinya salah dalam berbicara.

Tak lama kemudian,
Tok-tok… bunyi ketukan dari luar kamar Dino
“Ya masuk “ucap Doni
“Din gimana kedaan lo? Gue kawatir nih, pasti make kebanyakan” Tanya Dika
“Tau aja lo, untung ada bidadari yang nolongin gue”
“Eh… siapa?” Tanya Dika penasaran
“Mau tau aja lo…” jawab Dino usil.
“Ye main rahasiaan nih, yaudah aku pulang dulu, asslamu’alaikum.”
“Tumben ni anak pake salam segala, ngomong-ngomong aku harus minta maaf soal yang tadi ma Zahra” bisiknya dalam hati.

Akhirnya Dino pulang juga dari rumah sakit, dan ia bersekolah seperti biasanya. Dan ia pun bergegas menemui Zahra yang ada di kantin.
“Ra… aku mintamaaf soal kejadian di rumah sakit kemarin, tapi aku sangat berterimaksih kamu udah menyelamati nyawaku” ucapnya memohon
“Terimaksih untuk apa, itu sudah sewajarnya kan? Saya sudah maafin kamu kok” jawabnya ramah
Sudah dua minggu Dika tidak masuk sekolah, ada apa dengan Dika ya? Ucap Zahra dalam hati. Untuk mengatasi kebingungannya ia putuskan untuk mencari tau kepada wali kelasnya.
“bagaimana dengan Dika bu, apa ada kabarnya??
“Tidak ada selama dua minggu ini, Dika tanpa keterangan” jawab wali kelasnya panjang lebar.
“Oh begitu, kalau begitu saya permisi dulu bu” sambil berlalu dari kantor.
Dari kejauhan Dino melihat Zahra keluar dari ruang guru dan ia mengejarnya,
“Zahra….” Sambil berlari mengejar Zahra
“Ya, ada apa?”
“Ada perlu apa keruang guru?”
“Saya hanya ingin tau kabar Dika, sudah dua minggu ini dia tidak masuk sekolah, lalu gak ada kabarnya sama sekali”
“Kamu suka ya ma Dika, kok kawatir banget??” Tanya Dino menyelidik
Tiba-tiba saja wajah Zahra memerah,
“Kita Cuma teman aja kok, yuk kembali ke kelas” Zahra berusaha mengalihkan pembicaraan.

Sepulang sekolah salah satu orang tua siswa mendatangi Zahra, mereka mengajak Zahra masuk kedalam mobil, Zahra pun ikut dengan mereka. Dan mereka turun di RS.A. Wahab Syahrani dan mengajak Zahra masuk kedalam
“Ada apa ini tante?” Tanya bingung.
Sesampainya diruangan yang bertuliskan nomor 29 Zahra dan dua orang tua itu masuk ke dalam.
Degh…..”Dika, !!! Zahra langsung meneteskan air mata seketika ketika melihat Dika terbaring lemah di tempat tidur, orang tua itu adalah orang tua Dika.
“Nak Zahra, sudah dua minggu ini Dika tak sadarkan diri, dia hanya memanggil nama nak Zahra berulang kali.”
Ibunya Dika tak sanggup menahan air mata, AZahra pun mendekatkan diri ke samping Dika.
“Dika…. Bangun, ini saya Zahra” Zahra pun tak sanggup menahan air matanya yang membasahi bibir mungilnya,
Tak lama kemudian Dika sadar dan tersenyum kepada Zahra, lalu dia mengatakan sesuatu
“Zahra di dalam novel yang aku beri saat itu” ucapnya terbata-bata. Dan setelah ituDika menutup matanya untuk selama-lamanya.
“Dik bangun …please jangan tinggalin kami” ucapnya dengan bercucuran air mata
“Sudah nak Zahra, ini sudah menjadi takdir Dika” papa Dika berusaha menenangkan Zahra yang tak terima Dika meninggalkannya.
“Tapi Dika meninggal dengan bahagia karena telah bertemu dengan nak Zahra disaat terakhirnya” lanjut ibu Dika.
*******
Hari itu juga Dika Dika dimakamkan di pemakaman umum yang tak jauh dari komplek rumahnya, dengan kondisi gerimis.
“Sabar ya Ra… aku juga tidak menyangka Dika akan meninggalkan kita secepat ini, sekarang kita doakan saja semoga dia bahagia disana.” Dino berusaha menenangkan Zahra yang masih menangis.
Setelah itu Dino mengantar Zahra dan Ibunya pulang, sesampai di rumah Zahra ingat pesan Dika sebelum meninggal.
Lalu ia bergegas berlari menuju kamarnya dan mencari novel pemberian Dika, lalu ia menemukan surat di dalamnya, dan ia pun langsung membacanya.

Assalamu’alaikum wr.wb
Zahra…
Aku harap kau tidak bersedih ketika membaca surat ini,
Aku hanya ingin mengatakan kalau aku MENCINTAIMU
Tapi aku tak pantas mengatakan ini kepadamu,
Terimakasih telah menyadarkan diriku,
Apa kau ingat ketika dirimu menangis untukku.
Aku sangat gembira karena baru ada orang yang perhatian sama aku.
Terimakasih telah telah mengisi relung hari-hariku,
Sudah lama ku ingin mengungkapkannya padamu,
 tapi aku tak punya keberanian
aku harap dirimu tak marah padaku
karena aku tak pernah cerita soal penyakit yang ku alami ini.
Aku gak mau buat kamu kawatir dengan kondisiku,
Terimakasih untuk semua….
Wassalam…

Dika.




Setelah membaca surat itu, Zahra lalu jatuh pingsan, segera Dino membawa Zahra ketempat tidur dan ikut membaca surat tersebut.

“Ya begitulah ceritanya, sebenarnya ayah juga menyimpan perasaan kepada bundamu sejak dulu, lima tahun setelah ayah pulang dari Amerika untuk menyelesaikan kuliah, ayah langsung dating kerumah bundamu dan melamarnya.” Jelas Dino panjang lebar kepada anaknya.
“ooo… jadi itu alas an kenapa ayah memakamkan bunda disamping makam teman ayah yang bernama Dika itu,” ucap Zizah anak semata wayangnya yang baru saja menginjak remaja.
Lalu Dino memeluk Zizah,”Andai dirimu tau Zahra kalau aku dan anak kia ingin kau bahagia juga disana.
“Aku mencintaimu, sama seperti Dika mencintaimu”ucap Dino lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anda ^^

About Me